twitter



DATA PRIBADI:
1.    Nama Lengkap                   : Dafit Apria Widianto
2.    Tempat, Tanggal Lahir       : Sidoarjo, 16 April 1993
3.    Domisili                              : Sambungrejo Rt 18 Rw 07
4.    Jenis Kelamin                     : Laki-Laki
5.    Agama                                : Islam
6.    E-mail                                 : dawdota@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
1.    (2005) Lulus SDN Sambungrejo - Sidoarjo
2.    (2008) Lulus SMPN 2 Sukodono - Sidoarjo
3.    (2011) Lulus SMA Wachid Hasyim 2 Taman – Sidoarjo

4.    S1 Pendidikan Fisika Universitas Negeri Surabaya (Menempuh)



Kajian Tentang Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivistik. Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.
Didalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Pengelompokan secara heterogen memungkin siswa untuk meningkatkan pembelajaran sosial.
Menurut Isjoni, cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Tabel 1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Sumber : Ibrahim, dkk. (2000:10)
         Model pembelajaran kooperatif ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, tetapi bisa juga berperan sebagai tutor untuk teman sebayanya.

Kajian Tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
(TPS)
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang telah memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa lebih banyak untuk berfikir , menjawab dan saling membantu satu sama lain. Metode pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan jawaban yang sangat tepat, serta mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama antar siswa.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif TPS. Menurut Cholifah (2010:13) adalah: 1) guru mengajukan pertanyan atau problema yang terkait dengan pelajaran dan guru mnyediakan bahan dan alat yang diperlukan 2) guru meminta para siswa untuk mendiskusikan mengenai apa yang telah difikirkan melaui pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian 3) pada langkah akhir ini guru meminta pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas keseluruhan mengenai apa yang telah dibicarakan.
Penelitian ini menggunakan metode TPS, yaitu 1) Think (berfikir) 2) Pair (berdiskusi) 3) Share (berbagi) sebagai alat untuk menjawab rumusan masalah sehingga tercapai tujuan penelitian. Model TPS sebagai metode penelitian yang sistematis dan fleksibel dengan tujuan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal-soal problem solving.


Waspada Gunung Api

Farisa Humairoh, Winda Eky Susanti, Fitri Ayu Setiawan, Dafit Apria W, Amilatuth Toyyiba, Lathifatur Rosidah
Jurusan Fisika, FMIPA, 
Unesa

Abstrak Indonesia berada pada jalur cincin api Pasifik yang merupakan rangkaian gunung api aktif di dunia, sehingga melalui kesuburan tanahnya serta potensi alamnya, aspek sosial, ekonomi dan wisata alam dapat ditingkatkan dengan baik oleh masyarakat di sekitarnya. Meski demikian,, bencana erupsi gunung berpotensi besar terjadi di Indonesia. Penelitian menyebutkan tiga ciri utama erupsi gunung api adalah kegempaan, deformasi tanah pada kawah dan pembentukan kubah, serta fluks gas SO2 yang dapat dipantau menggunakan EDM (Electronic Distance Measurement), tiltmeter, seismograf dan GPS (Global Position System). Indonesia sudah menggunakan alat pendeteksi erupsi yang memadai sehingga dapat meminimalisir korban erupsi gunung api. Hal ini terlihat dari status gunung api yang selalu bisa dipantau. Sedangkan indikator erupsi gunung api yang dapat diamati dari setiap gunung berbeda tergantung pada kandungan gunung api tersebut.
Kata kunci: Cincin Api Pasik, kegempaan, deformasi tanah, fluks SO2,
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang terletak di antara pertemuan tiga lempeng besar tektonik, yaitu: Lempeng Euro-Asia, Lempeng Australia, dan Lempeng India sehingga berpotensi besar mengakibatkan bencana kebumian, seperti gempa bumi tektonik, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, dan tsunami (Aiydan, 2008; Brune et al., 2010; Baeda, 2011; Madlazim, 2011; Safitri, 2014). Senada dengan hal tersebut, Indonesia berada pada jalur The Pasific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik) yaitu jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Sehingga bencana erupsi gunung api berpotensi besar terjadi pada negara Indonesia.
Meski demikian suatu gunung api memiliki aspek sosial dan ekonomis yang penting bagi kemajuan wilayah sekitarnya. Misal material erupsi Merapi seperti pasir dan batu yang menjadi penunjang pembangunan di Yogyakarta dan Jawa Tengah demikian juga halnya dengan produk pertanian yang dihasilkan di lereng Merapi dan majunya perkembangan wisata yang mendukung tumbuhnya ekonomi setempat. Begitu juga dengan manfaat Gunung Kelud bagi daerah sekitarnya dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain aspek wisata dan ekonomi. Aspek wisata berkaitan dengan pengembangan dan pemanfaatan nilai­nilai alam, misalnya wisata alam dan agrowisata yang mengembangkan kawasan perkebunan di sekitar Kelud dan hutan di sepanjang jalan menuju kawah serta wisata alam di daerah sekitar kawah. Aspek ekonomi dapat dilihat dari material pasri dan batu hasil letusan dan lahar yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat disekitarnya sebagai bahan galian golongan C untuk bahan bangunan (Badan Geologi, 2014).
Di sisi lain, masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah rawan bencana tersebut seharusnya mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana tersebut sehingga lebih meminimalisir korban jiwa. Hasil studi dampak bencana kebumian yang terjadi di beberapa negara oleh Building Research Institute and National Graduate Institute for Policy Studies (BRI dan NGI PS, 2007 dalam Herlambang, 2014) menyebutkan bahwa korban jiwa dapat ditekan  seminimal mungkin bila tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap bencana kebumian yang tinggal di sekitar daerah rawan bencana cukup tinggi. Masyarakat seharusnya paham dengan indikator terkait aktivitas magmatik gunung berapi.
USGS, Al Saafin, Fitriani (2014) menyebutkan bahwa tanda-tanda suatu erupsi gunung gunung api adalah kegempaan, deformasi tanah pada kawah dan pembentukan kubah, serta fluks gas SO2. Selain itu juga terdapat ciri lain seperti perubahan medan magnet, perubahan hambatan listrik, perubahan temperatur kawah, dan perubahan kandungan mata air gunung tersebut. Pengamatan ketiga ciri utama digunakan untuk memprediksi erupsi suatu gunung api. Seperti Gunung Merapi, Gunung Slamet, dan Gunung Sinabung yang dipantau secara instrumental baik dengan menggunakan ED M (Electronic Distance Measurement), tilt meter dan GPS (Global Position System) untuk memantau deformasi tanah. Dari paparan di atas, penulis tertarik mengangkat tema “Waspada Gunung Api” yang lebih menekankan pada ciri utama peningkatan aktivitas magmatik.


Penerapan Hukum Pascal Dalam Kehidupan

  • Pompa Hidrolik Ban Sepeda

Pernahkan kalian terfikirkan bahwa dalam memompa ban sepeda
menggunakan pompa hidrolik yang biasa kita gunakan ketika ban sepeda
kita kempes merupakan penerapan dari hukum paskal, pada pompa
hidrolik ini kita memberi gaya yang kecil pada pengisap kecil sehingga
pada pengisap besar akan dihasilkan gaya yang cukup besar, dengan
demikian pekerjaan memompa akan menjadi lebih ringan, bahkan dapat
dilakukan oleh seorang anak kecil sekalipun.
demikian penjelasan untuk penerapan hukum paskal pada pompa ban
hidrolik. kurang lebihnya mohon maaf dan mohon komentarnya!!!


SINOPSIS

Blaise Pascal seorang ilmuwan dari Perancis (lahir di Clermont-Ferrand, Perancis, 19 Juni 1623 – meninggal di Paris, Perancis, 19 Agustus 1662 pada umur 39 tahun) mengemukakan hukum Pascal  yang berbunyi: “Tekanan yang diberikan zat cair di dalam ruang tertutup diteruskan oleh zat cair itu ke segala arah dengan sama besar”.

Salah satu penerapan hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari yaitu video memompa ban sepeda menggunakan pompa hidrolik, dimana pada pompa hidrolik ini kita memberi gaya yang kecil pada pengisap kecil sehingga pada pengisap besar akan dihasilkan gaya yang cukup besar. Dengan demikian, pekerjaan memompa akan menjadi lebih ringan, bahkan dapat dilakukan oleh seorang anak kecil sekalipun.